Bab
I Pendahuluan
Dalam perspektif Islam, komunikasi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala
gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud
adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah
atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi
yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.
Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.
Komunikasi
sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai
hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan
yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Dan
komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas berhubungan
dengan sesama. Komunikasi Islam adalah proses penyampaian
pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam
Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur
pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam,dan cara (how),dalam
hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).
Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Bab
II Pembahasan
A.
Definisi Komunikasi
Hovland, Janis dan
Kelly mendifinisikan komunikasi sebagai “the
process by chich and individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”.
Sedangkan Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme
sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal tersebut
bertindak sebagai stimuli.
B.
Etika Komunikasi Dalam Alqur’an dan Hadits
Soal cara (kaifiyah), dalam
Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan
dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip,
atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika
komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
a) AL-QURAN
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat
menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang
dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yaitu:
1. Qaulan
Sadida (perkataan yang benar, jujur)
QS.
An Nisa ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
“Dan
hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah
dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.
2. Qaulan
Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti)
QS.
An Nisa ayat 63
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
3. Qaulan
Ma’rufa (perkataan yang baik)
QS. Al
Ahzab ayat 32
يَا
نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا
تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا
مَعْرُوفًا
“Hai
isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan
yang baik.”
4. Qaulan
Karima (perkataan yang mulia)
QS.
Al Isra’ ayat 23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah
kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dari ayat tersebut
jelas bahwa kita diperintahkan untuk mengucapkan perkataan yang baik atau mulia
karena perkataan yang baik dan benar adalah suatu komunikasi yang menyeru
kepada kebaikan dan merupakan bentuk komunikasi yang menyenangkan.
5. Qaulan
Layyinan (perkataan yang lembut)
QS.
Thaha ayat 43-44
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ
إِنَّهُ طَغَى
فَقُولا لَهُ قَوْلا
لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah
kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia sadar atau takut”.
Dari ayat tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga
dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang
yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap
kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata
kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah
SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada
Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi)
akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi
kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi
Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang
bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan
kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan
berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar
kita memohon dengan lemah lembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)
6. Qaulan
Maysura (perkataan yang ringan)
QS.
Al Isra’ ayat 28
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ
تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا
”Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan,
maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.
b) Hadist
Di dalam hadits Nabi juga ditemukan
prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi
kepada kita. Berikut hadits-hadits tersebut:
1. qulil haqqa walaukana murran (katakanlah
apa yang benar walaupun pahit rasanya)
2. Kedua,
falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa, diamlah).
3. Ketiga,
laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih
dahulu).
4. Keempat,
Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang
tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap
sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu
tidak hadir”.
5. Kelima,
selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu
mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya seperti seekor sapi yang
mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna
luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat,
kita dengar, dan kita alami.
Prinsip-prinsip etika tersebut,
sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi setiap muslim, ketika melakukan
proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun
aktivitas-aktivitas lainnya.
Bab III Kesimpulan
Sesungguhnya komunikasi merupakan bentuk
dari kehidupan manusia. Dalam proses komunikasi hendaklah kita memperhatikan
etika-etika dengan baik agar komunikasi tersebut bisa berjalan dengan lancar
dan efektif. Dengan harapan apa yang disampaikan mudah diterima dan mendapat
respon yang baik pula. Etika-etika tersebut antara lain: dengan perkataan yang
benar, mulia, lemah lembut, ringan dan mudah dimengerti.
Islam sebagai agama yang sempurna
mengajarkan dengan sangat detail bagaimana komunikasi yang baik. Hal tersebut
bisa kita lihat di al-quran dan hadits. Secara garis besar, komunikasi yang
baik menurut ajaran islam adalah seperti site map di bawah ini.
Comments
Happy Holi Whatsapp Status 2019 | Happy Holi Strickers 2019 |
Happy Holi Funny Videos 2019 |
Happy Holi Funny Images 2019 |
Happy Holi Marathi Messages 2019 |
Happy Holi Events 2019 |
happy holi greetings 2019 |