Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Mengungkap Kisah di Balik Sejarah: Jelang Peringatan 120 Tahun TanMalaka (edisi kedua)

Diskusi Tan Malaka. Giat Mendirikan Sekolah Rakyat  Para sejarawan mencatat Tan Malaka juga seorang aktivis pendidikan. Bagi dia, jalan menuju kemerdekaan Indonesia harus dibuka dengan mencerdaskan rakyat.  FOLLY AKBAR , Depok --- MESKIPUN  menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata, paparan Harry A. Poeze tentang sosok Tan Malaka tetap menarik disimak. Harry adalah doktor dari Universitas Amsterdam yang ''bersentuhan'' dengan Tan Malaka sejak 1972. Saat itu dia menulis skripsi tentang Tan Malaka di kampus yang sama.  Baca edisi pertama : Bisa Bersekolah di Belanda berkat Iuran Warga Sekampung Dari penelitian panjang dan ketertarikannya terhadap sosok Tan Malaka yang terus berlanjut sampai sekarang, Harry sampai pada satu kesimpulan. ''Dia sudah berpikir maju di zaman itu (era penjajahan, Red),'' ujar Harry saat diskusi Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik  di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas In

Mengungkap Kisah di Balik Sejarah: Jelang Peringatan 120 Tahun Tan Malaka (edisi pertama)

Diskusi Tan Malaka di Universitas Indonesia, Senin (16/5) Bisa Bersekolah di Belanda berkat Iuran Warga Sekampung  Jauh dari asumsi publik selama ini, Tan Malaka yang lahir di lingkungan agamis justru sangat dekat dengan ajaran agama. Bahkan, dia hafal Alquran. Keluarga hanya berharap perjuangannya untuk Indonesia yang merdeka diakui.   FOLLY AKBAR , Depok --- EMOSI  Zulfikar Kamarudin, keponakan Tan Malaka, mendadak tinggi. Matanya berkaca-kaca. Suaranya berat. Seperti menahan kepedihan yang dalam. Di usianya yang sudah menapak 60 tahun itu, dia tetap lantang menyuarakan keadilan bagi pamannya tersebut. ''Tan orang yang sangat nasionalis, memberikan sumbangsih besar bagi negeri ini. Tapi, seperti tidak dianggap,'' ujar Zulfikar, lantas disambut tepuk tangan peserta diskusi ''Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik'' di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, kemarin (16/5). Menurut di

Konsistensi Ari - Reda Menekuni Musikalisasi Puisi

Reda Gaudiamo dan Ari Malibu tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (6/5) Remaja di Bentara Membuat Semangat Menyala Tak kurang dari 34 tahun sudah Ari-Reda mengemas bait-bait sajak dengan melodi yang mengalun. Antusiasme generasi baru yang turut menikmati karyanya membuat keduanya tetap bersemangat menekuni musikalisasi puisi.  FOLLY AKBAR, Jakarta --- Kubiarkan cahaya bintang memilikimu//Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya//Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu//Entah kapan kau bisa kutangkap Bait indah itu mengalun dalam Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat malam (6/5). Sapardi Djoko Damono, sang empu syair berjudul Nokturno itu, terlihat tenang di kursi terdepan. Mendengarkan karyanya dikemas sempurna oleh bekas mahasiswanya: Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Menjadi alunan musik nan syahdu dalam musikalisasi puisi. Di sela-sela percakapan hangat bertajuk A Rare Conversation: Sapardi X Jokpin tersebut, Sapardi curhat mengenai &q

Kesaksian ABK Brahma 12 Selama 35 Hari Disandera Abu Sayyaf

10 ABK diserahterimakan oleh Menteri Luar Negeri Tak Panik karena Mengira Yang Datang Aparat Filipina  Para sandera dari Indonesia tak pernah mendapat perlakuan kasar. Mereka diberi makan secara teratur dan tidak dikurung. Terus berpindah tempat setiap tentara Filipina mendekat. Oleh FOLLY AKBAR --- SUBUH menjelang ketika sepuluh pria itu mendadak dibangunkan. Orang-orang bersenjata yang menjaga mereka meminta semua segera berjalan menuju dermaga. Sebuah kapal telah menunggu di sana. Sampailah mereka di sebuah pulau. Sepuluh orang yang merupakan kru kapal Brahma 12 asal Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf itu lalu diperintahkan untuk pindah ke sebuah truk bak terbuka. Truk berjalan dan tak ada seorang pun di antara sepuluh pria tersebut yang diberi tahu ke mana mereka akan dibawa. Juga akan diapakan.