Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2013

Saatnya Tokoh Independen Memimpin Indonesia

Kisruh yang melanda Partai Demokrat dalam beberapa tahun terakhir, kini mencapai hasilnya kala eleksibitas partai jawara pemilu 2009 tersebut dibawah 10%. SBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai   pun “tergoda” untuk turun tangan mengurai keruwetan yang melanda demokrat. Adalah hal lumrah jika seorang Ketua Majelis Tinggi turut menyelesaikan persolan partai. Tapi akan menjadi persoalan jika dia ternyata seorang presiden. Tentu loyalitas presiden terhadap Negara patut dipertayakan. Apapun sistem yang di anut sebuah negera, Presiden selalu ditempatkan sebagai milik masyarakat, bukan milik partai. Jadi sangatlah wajar jika masyarakat memprotes(dibaca: Cemburu) kala presidenya disibukan untuk menyelesaikan persoalan partai. Karena faktanya, masih banyak persoalan bangsa yang belum SBY selesaikan. Mendahulukan kepentingan kelompok dari pada kepentingan Negara bukanlah perilaku yang pantas dilakukan presiden. Terlebih SBY pernah menegur para menteri untuk lebih fokus menjalankan tugas

Petinggi PSSI Selalu Beda Tafsir. Kenapa?

Problematika terkait penangaan Tim Nasional(Timnas) Indonesia kini mengalami babak baru. Masalah baru dengan model lama, yakni perpecahan. Parahnya perpecahan kali ini tidak lagi berkutat antara PSSI-KPSI yang selama ini kita ketahui. Tapi telah menukik ke genre yang lebih spesifik, yakni dalam tubuh PSSI itu sendiri. Hal ini mengindikasikan nasib Timnas ke depan akan semakin amburadul. Hal tesebut terbukti dengan adanya dua surat pemanggilan Timnas yang membingungkan para pemain. Masalah ini harus diperparah dengan rangking Indonesia yang turun 7 peringkat dalam rilis terbaru FIFA bulan ini. Penunjukan pelatih baru Timnas dan pembentukan Badan Tim Nasional(BTN) oleh Djohar Arifin menjadi pangkal dari persoalan baru ini. Djohar Arifin melakukan hal tesebut atas dasar hak preogatif dia sebagai Ketua Umum dan berdasarkan Peraturan Organisasi Nomor 7 tahun 2010 tentang BTN. Sementara Bob Hippy selaku Koordinator Timnas yang juga anggota Komite Exco PSSI menganggap apa yang dilakukan

Menaklukan Media

Judul Buku      : Berburu Honor Dengan Artikel,  Tips dan Strategi Menangguk Rupiah  dari Surat Kabar Penulis             : Supadiyanto Penerbit           : Kompas Gramedia, PT Elex Media  Komputido Tahun              : 2012 Tebal halaman  : 197 halaman ISBN               : 978-602-00-3302-0 Harga              : Rp. 39.800,- Saat ini, media atau pers kerap dianggap sebagai pilar ke empat dari Demokrasi setelah Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Keberadaan media dalam sebuah negara demokrasi tidak sebatas wadah menyampaikan informasi, hiburan, pendidikan atau sosial control, melainkan sebagai penyambung aspirasi masyarakat. Yang mana salah satu cara mengaktualisasikanya dengan mengirimkan artikel atau gagasan pribadi ke sebuah media.

Klub DIY Perlu Merger

Di era modern, kita harus mengakui jika sepak bola bukanlah rutinitas olahraga ataupun ajang meraih prestasi semata, tapi kini sepak bola telah berevolusi menjadi sebuah industri. Hal ini tidak lepas dari posisi sepak bola sebagai olahraga terpopuler di seluruh dunia. Dan konsekuensi logis dari kondisi ini adalah sepekbola harus dikelola secara professional. Di Indonesia sendiri, upaya menuju industri sepak bola masih jauh dari harapan, khususnya dari segi finansial. Pasca penghentian dana APBD, kendala finansial menjadi problem laten yang menggelayuti hampir semua klub. Tidak hanya ditingkat amatir, bahkan klub sekelas ISL(Indonesian Super League) dan IPL(Indonesian Primier League)   yang notabenya berada di kasta tertinggi sepak bola Indonesia pun tidak luput dari problem tersebut.

Izinkan Nenek Itu Berjualan di Kereta

Dengan perjalanan yang relatif lebih cepat, Kereta Api merupakan angkutan favorit saya untuk mel aku kan perjalanan jauh, tak terkecuali kala liburan semester ganjil kemarin. Jarak Yogyakarta-Cirebon terlalu melelahkan jika menggunakan bus yang memakan waktu sekitar 10 jam. Akhirnya saya memilih menggunakan Kereta kelas bisnis yang hanya membutuhkan waktu 6 jam sampai rumah. Dalam perjalanan, saya merasakan sesuatu yang berb e da. Ya kereta tampak sepi, lalulalang pedagang asongan yang biasa menjajakan berbagai jenis makanan dan aksesoris luput dari pengelihatan saya. Sejenak saya beranggapan jika hal itu menguntungkan, bisa tidur tanpa harus terbangun dengan suara pedagang asongan menjajakan dagangan mereka.