Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

Kisah Chacha, Berjuang Melawan Keterbatasan

“Kita harus berjuang seperti para pahlawan Indonesia dulu, orang bilang saya bisu dan tuli ya biarin aja” Banyak orang yang menganggap bahwa keterbatasan merupakan kutukan yang membuat kita sulit untuk berprestasi dan layak untuk menyerah. Tapi anggapan itu tidak berlaku bagi Chandra Setiawan yang akrab dipanggil Chacha, mahasiswi semester dua Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora(Fishum) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia tercacat sebagai satu-satunya mahasiswa transgender sekaligus difabel di UIN. Terlahir dalam kondisi tuna rungu wicara, Chacha mampu melanglangbuana berkat keahlianya menari, menjadi model dan merancang busana. Chacha yang terlahir berjenis kelamin laki-laki pada 30 Juli 1982 silam itu tumbuh dari keluarga Kristiani di Kota Blitar, Jawa Timur. Bapaknya berprofesi sebagai Guru Agama Kristen di salah satu sekolah SD di Kota Blitar . Sedangkan Ibunya menjabat sebagai Kepala Sekolah SD di salah satu sekolah di kota yang sama. Perjalananya sampai men

Peran Psikologi Dakwah Dalam Proses Berdakwah

Oleh : Folly Akbar A.     Posisi psikologi dakwah dalam implementasi dakwah Dakwah secara bahasa berarti menyeru atau mengajak. Sedangkan menurut istilah, dakwah berarti sebuah proses penyampaian pesan-pesan ilahi yang dilakukan da’i kepada mad’u. Dalam kajian teori komunikasi, sebuah pesan dianggap telah tersampaikan dengan baik apabila pesan tersebut sudah menghasilkan feedback dari komunikan. Feedback dalam hal ini diartikan sebagai efek dari pesan tersebut. Artinya jika kita korelasikan dalam aktivitas dakwah, proses dakwah dianggap berjalan dengan baik jika apa yang disampaikan da’i, telah mampu merubah kepribadian mad’u ke arah yang lebih baik. Aktivitas dakwah yang diartikan sebagai sebuah sistem(dibaca: proses) secara material terdiri dari berbagai unsur atau komponen(utama), mulai dari da’i, isi dakwah, metode dakwah serta media dakwah. Untuk menuju proses dakwah yang efektif dan efisien, sudah menjadi hal yang wajib untuk memaksimalkan setiap komponen-komponenya. Paradigma

Fanatisme Buta Kelompok Suporter Di Indonesia

Oleh : Folly Akbar Ketika tim kebanggaan saya, Persib Bandung dikalahkan Persiba Balikpapan sekitar 2 minggu lalu. Saya sedikit kesal dan menghujat, lalu salah seorang teman saya menegur ”ngapain kamu segitunya? Emang kalau persib kalah kamu kenapa? Apa pemain, offisial, pelatih itu saudara kamu?” Kejadian inilah, yang membawa saya tertarik untuk mengkaji fanatisme masyarakat akan sepak bola, khususnya di Indonesia. Jika kita membandingkan kultur Sepak Bola Inggris, Italia, Spanyol atau negara tetangga kita Malaysia, fanatisme masyarakat Indonesia akan klub kesayanganya bisa dikatakan yang termasif. Di Indonesia, kecintaan masyarakat akan tim idolanya sangatlah luar biasa, mereka rela tidak makan dan menjual harta benda miliknya demi melihat tim kesayanganya bermain. Bahkan mereka rela mengorbankan jiwanya ketika tim kesayanganya di lecehkan kelompok suporter lainya.

Pendidikan anti korupsi. sekedar teori?

OLEH : FOLLY AKBAR Mulai tahun ajaran baru 2012/2013 nanti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) berencana memasukan kurikulum pendidikan anti-korupsi dalam pembelajaran siswa mulai dari tingkat SD hingga SMA. Kebijakan ini merupakan buah dari kerjasama Kemendikbud dengan KPK beberapa waktu lalu. Langkah ini dilakukan untuk membunuh kaderisasi koruptor sejak dini mungkin, dengan harapan akan lahir generasi yang alergi dengan tindak korupsi. Dari segi namanya, pendidikan anti-korupsi bertujuan mengenal apa itu korupsi serta dampaknya diri sendiri, keluarga, orang lain dan bangsa. Sehingga muncul pemahaman serta perubahan watak dan mental untuk tidak melakukan tindak korupsi. Namun hakikatnya pendidikan bukanlah sebatas teori belaka. Teori memang penting tapi yang tak kalah pentingnya adalah adanya contoh bahwa perilaku korupsi akan mendapatkan hukuman setimpal yang bisa membuat pelakunya menderita. Artinya, pendidikan anti-korupsi akan sangat membumi dan menemukan ruhnya a