Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Mahalnya Sebuah Loyalitas Lereng Merapi

OLEH : FOLLY AKBAR Loyalitas dan kesetiaan warga lereng merapi terhadap daerah mereka sungguh luar biasa, bahkan membuat masyarakat di daerah lain gemas dan geleng-geleng kepala. Keganasan erupsi merapi yang sering meluluh-lantakan wilayah mereka tidak mengurungkan keteguhan hati mereka untuk tetap tinggal di lereng merapi. Kali ini ujian kesetiaan mereka kembali diuji, ditengah renovasi akibat erupsi 2010 lalu yang masih terbengkalai, gunung teraktif di dunia tersebut dikabarkan akan menemui janjinya kembali. Bisa dirasakan perasaan dilematis dibenak masyarakat setempat, keputusanya menetap dilereng merapi menyebabkan mereka merasakan pahitnya buah simalakama. Di satu sisi mereka bisa mempertahankan tanah kelahiranya, tapi disisi lain mereka harus siap dengan segala resiko terburuk yang ditimbulkan merapi. Toh kalaupun harus pindah, mereka bingung harus pindah kemana?

KKN Bukan Formalitas

OLEH : FOLLY AKBAR Selain untuk memenuhi tridarma pendidikan, gelar mahasiswa sebagai agent of change memaksanya untuk berperan dalam dinamika sosial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi dua tuntutan tersebut adalah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata(KKN). Jika melihat sejarah dimana pergerakan mahasiswa masih begitu aktif, mungkin dulu KKN merupakan hal yang biasa, karena hampir setiap saat, waktu yang dimiliki mahasiswa dihabiskan untuk menyelesaikan masalah sosial. Tapi ditengah kondisi pergerakan mahasiswa yang sudah tidak masiv, bahkan cenderung apatis, KKN bisa dikatakan sebagai satu-satunya media yang digunakan untuk menjaga konsistensi mahasiswa dalam peranan sosialnya. Jadi pelaksanaan KKN harus mampu dimaksimalkan dengan baik.

Tumbal Kuliah Mahal

OLEH : FOLLY AKBAR Menginjak satu semester pelaksanaan perkuliahan yang di lakukan mahasiswa baru, keluh-kesah masih kerap terlontar dari mulut mereka. Diantara banyaknya faktor penyebabnya, mayoritas mereka yang mengeluh karena tidak masuk di universitas yang diharapkanya ketika SMA dulu. Gagal kuliah di universitas yang di inginkan adalah hal perih yang tidak diharapkan setiap mahasiswa. Akan tetapi, ketika keadaan telah memaksanya untuk demikian, sulit rasanya untuk menampikan pil pahit tersebut. Dan pada akhirnya kuliah di universitas yang tidak di inginkan sama sekalipun harus dijalani “tak ada rotan, akarpun jadi”.

Budaya Ngebut Maut

OLEH : FOLLY AKBAR Alon-alon asal kelakon yang artinya pelan-pelan yang penting sampai(dengan selamat). Begitu pepatah jawa mengatakan bagi siapa saja yang hendak berkendaraan. Luar biasa nenek moyang kita mengingatkan kita generasi muda dengan sebuah ungkapan simpel namun memiliki makna yang penting bagi kita. Apapun alasanya, keselamatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Tapi saat ini masyarakat sudah tidak lagi menghiraukan pesan tersebut, indikasinya bisa kita lihat dari maraknya kecelakaan lalulintas. Yang ada dibenak masyarakat sekarang adalah “ cepat atau lambat, kalo waktunya mati ya mati ”. Seolah tidak belajar dari peristiwa sebelumnya, kecelakaan maut terjadi beruntun tiada akhir dari waktu ke waktu. Tak tanggung-tanggung, sekali nabrak belasan nyawa orang tidak bersalah  melayang.

Selamatkan Jurusan Agama di PTAI

OLEH : FOLLY AKBAR Perkembangan teknologi dan globalisasi sangat memberikan dampak yang teramat besar bagi kehidupan manusia. Dampaknya begitu terasa di semua lini kehidupan tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Kondisi zaman yang segala aktivitasnya menggunakan hasil teknologi memaksa institusi pendidikan khususnya Perguruan Tinggi(PT) untuk mencetak para ilmuwan demi tuntutan pasar. Atas tuntutan pasar itulah, mayoritas PT berlomba-lomba membuka jurusan yang sifatnya sains dan ilmu sosial. Bahkan Perguruan Tinggi Agama Islam(PTAI) turut banting setir dengan membuka jurusan yang sifatnya tidak agamis lagi. Banyak STAIN konversi menjadi IAIN, yang IAIN ingin konversi menjadi UIN yang notabenya boleh membangun fakultas umum. Sehingga potensi untuk bangkrut relatif lebih kecil mengingat jurusan umum lebih diminati ketimbang jurusan agama.

Menyorot Dakwah FPI

Akhir-akhir ini Fornt Pembela Islam(FPI) yang diketuai Habib Rizieq Shihab kembali menjadi sorotan publik di berbagai daerah. Penolakan beberapa masyarakat Kalimantan Tengah terhadap kedatangan pengurus pusat menuai tanda tanya. Ironis memang, sebagai kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pejuang kebenaran ternyata kedatanganya tidak diharapkan masyarakat setempat. Apakah peristiwa tersebut menjadi puncak gunung es dari keresahan masyarakat terhadap FPI? Kejadian ini merupakan ajang introspeksi diri bagi FPI dan pihak terkait. Rasa keberatan masyarakat pun beralasan, selama ini FPI identik dengan kekerasan dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Sepak terjang ormas yang dikenal garang tersebut memang menuai kontroversi pro dan kontra di masyarakat. Dalam data Polri, tercatat 29 kasus pada tahun 2010 dan 5 kasus ditahun 2011 yang mengatasnamakan FPI. Amatlah disayangkan, niat mulia yang diusung FPI tidak dikemas dengan kemasan yang baik. Ibarat makanan, FPI adalah makanan sehat ya

KLB Harga Mati

Dengan lengsernya rezim Nurdin Halid ternyata tidak menyelesaikan masalah yang ada di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia(PSSI). Rezim Djohar Arifin dan Farid Rahman yang diharapkan mampu memajukan PSSI nyatanya semakin memperkeruh situasi. Adanya dualisme liga serta mundurnya Rahmad Darmawan dari kursi pelatih timnas menjadi puncak gunung es dari kebobrokan kinerja PSSI saat ini. Keadaan demikian hakikatnya tidak akan terjadi jika PSSI benar-benar bersih dari unsur politik. Sangatlah disayangkan, ketika masyarakat kembali melirik sepak terjang timnas Indonesia, ketika masyarakat mulai menaruh harapan kepada sepak bola Indonesia yang menunjukan talenta dan potensi yang besar, kotornya politik justru merusaknya. Apakah pantas pengurus yang sarat akan kepentingan politik dipertahankan dan dipercaya mampu menunjukan prestasi?  

Menyorot Kegagalan Reformasi

OLEH : FOLLY AKBAR Beberapa waktu lalu lembaga survei mengatakan bahwa lebih dari 60% rakyat Indonesia merindukan era Soeharto. Hasil survei ini merupakan tamparan keras bagi pemerintahan dibawah komando Susilo Bambang Yudhoyono. Masyarakat seolah lupa akan sikap otoriter Soeharto karena bagi rakyat yang terpenting adalah perut kenyang, sekolah murah dan hidup damai. Kerinduan rakyat akan Soeharto sangat bisa dimaklumi, dibalik semua dosa Soeharto ada sosok peduli terhadap rakyat kecil yang tidak dimiliki presiden lainya. Karena memang latar belakang Soeharto adalah keluarga petani, sehingga dia bisa mengerti apa yang diinginkan rakyat. Akan tetapi bayang-bayang kehidupan lebih baik dengan melengserkan Soeharto memaksa rakyat melakukan perubahan yang akrab disebut reformasi. Tapi faktanya reformasi yang dinantikan bertahun-tahun nyatanya tidak memberikan efek perubahan menuju kehidupan yang lebih baik, akan tetapi banyak pihak yang mengklaim bahwa sebaliknya, reformasipun dinyat

Bilik Cinta

Adanya kasus kehamilan istri Gayus Tambunan Milana Anggraeini, membukakan kita akan hal yang hampir tidak pernah kita fikirkan. Kita ketahui bersama, setiap manusia membutuhkan hubungan seks tak terkecuali para narapidana. Tetapi dari 13 hak narapidana yang tercantum dalam Pasal 14 UU No 12/1995 tentang Lembaga Permasyarakatan, tidak di cantumkan tentang hubungan seks di penjara. Dan kondisi sulit yang dialami narapidana nyatanya dimanfaatkan oknum sipir rutan untuk mengais uang haram. Tentunya kita tidak menginginkan pelanggaran terjadi di tempat yang mestinya menghilangkan tindak pelanggaran. Disisi lain, pria yang mengalami sumbatan dalam melepaskan hasrat seksnya, bisa berakibat macam-macam, misalnya, pria tersebut melakukan penyimpangan seks. Atas dasar itulah, tampaknya rencana pembuatan bilik bercinta di rutan adalah hal yang perlu direalisasikan. Karna dengan legalnya bercinta di penjara, kasus kekerasan seks serta suap menyuap oknum sipir relatif tidak terjadi lagi. Na

Sadarkan Dulu Manusianya

OLEH  FOLLY AKBAR Cagar budaya adalah tindakan konservasi terhadap benda yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah dan ilmu pengetahuan. Untuk melihat sejauh mana peradaban suatu negeri dimasa lampau dapat dilihat dari sehebat apa peninggalan-peninggalan yang ditinggalkanya. Atas dasar itulah benda atau bangunan yang termasuk cagar budaya harus di jaga, di rawat dan dilestarikan. Dalam mensiasatinya pemerintah Indonesia membuat semacam undang-undang yang kiranya dapat melindungi eksistensi suatu cagar budaya seperti UU No.5 Thn 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk melindungi benda cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Namun pada realitanya, aturan tinggalah aturan. Karena pada realitanya banyak sekali benda atau bangunan cagar budaya yang rusak tidak terurus. Selama ini, minimnya dana selalu di kambing hitamkan atas tidak maksimalnya perawatan benda cagar budaya. Namun hakikatnya, ji

Jual Mahal Sedikit Dong

Peristiwa pemancungan yang menimpa Ruhyati bagaikan puncak gunung es dari sederet nasib para TKI Indonesia di luar negeri. TKI yang notabenya pahlawan devisa hingga kini belum mendapat jaminan keselamatan dalam kerjanya. Jika demikian, TKI tak lain ibarat tumbal yang diberikan pemerintah demi mengeruk aliran devisa yang katanya terbesar kedua setelah migas. Bekerja sabagai TKI sendiri ibarat buah simalakama, karena memang lapangan kerja di Indonesia terbatas, sedangkan perut yang lapar dan tangisan keluarga memaksanya untuk bekerja meskipun harus jauh dari orang-orang yang disayangi. Jadi wajar saja meskipun banyak peristiwa naas menimpa para TKI, tapi yang berminat menjadi TKI seperti tidak pernah ada habisnya. Tapi idealnya pemerintah harus bertanggung jawab karena gagal membuka lapangan kerja di dalam negeri dengan memberikan jaminan keselamatan para TKI yang “terpaksa” berkerja diluar negeri. Selama ini masalah yang di alami TKI berasal dari  perlakuan tidak baik yang dilaku

Mirip Pendidikan Kolonial

OLEH : FOLLY AKBAR Pelaksanaan ujian nasional (UN) di tahun ketujuhnya sudah berlangsung serentak di indonesia, baik ditingkat SMP ataupun SMA. UN yang di adakan pemerintah (kemendiknas) merupakan salah satu syarat yang menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa yang mengenyam pendidikan di Indonesia. UN sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan pelajaran yang diujikan dan standar nilai minimum yang disamakan. Yang kaya, yang miskin, yang dikota, yang didesa, yang sekolah di RSBI atau yang di sekolah terbuka sekalipun standarnya disamakan. Ketika standar kelulusan di samaratakan di seluruh Indonesia, tidak peduli dengan kondisi dan masalah yang dihadapi disetiap sekolah khususnya yang di daerah terpencil, lalu kenapa ada sistem kasta dalam pendidikan di Indonesia?. Dimana hak bersekolah tidak disamaratakan, orang kaya bisa sekolah di sekolah bertaraf internasional dengan segala fas

Berdiri Di Depan

Hidup di negara yang rawan akan bencana alam menuntut semua pihak untuk turut berperan aktif ketika ada salah satu daerah yang  terkena bencana, tak terkecuali mahasiswa. Predikat yang di sandang mahasiswa sebagai “agent of changer” mengindikasikan bahwa mahasiswa dituntut perananya dalam menangani masalah-masalah sosial selain tugas utamanya yakni belajar. Masalah sosial dalam arti luas bukan hanya melindungi masyarakat dari kebijakan para birokrasi dan pemerintah yang merugikan rakyat. Terlantarnya masyarakat yang menjadi korban bencana alam juga bisa di jadikan sebagai masalah sosial. Ketika bencana alam melanda suatu daerah, mahasiswa harus berdiri di depan rakyat ketika pemerintah di nilai kurang cepat dalam menyelesaikan penderitaan korban pasca bencana, atau bisa di katakan mahasiswa harus siap menjadi relawan. Tentunya terlalu naif  jika mahasiswa masih memikirkan kuliah ditengah penderitaan korban. Sungguh beban moral yang sangat berat ketika mahasiswa yang dikenal se

Penghianatan Kepada Rakyat Miskin

OLEH : FOLLY AKBAR Setelah mega proyek pembangunan gedung baru gagal direalisasikan, para wakil rakyat sukses mencari alternatifnya. Renovasi gedung banggar nampaknya disulap menjadi mini proyek, hal ini dibuktikan dengan biaya anggaran yang tidak wajar. Jika mengaca kepada peraturan  Pemerintah RI No 6/2006, tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah , angka 20,3 miliyar tidaklah wajar hanya untuk merenovasi gedung seluas 10x10 meter. Padahal menurut Indonesia Property Watch (IPW) pembangunan sebuah ruang rapat untuk kategori sedang, dia memperkirakan hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 3 juta per meter perseginya, sedangkan untuk kategori mewah, biaya yang diperlukan sekitar 5 juta per meter perseginya. Jadi diperkirakan dengan dana 2 miliyar saja, sudah cukup menciptakan ruang yang mewah. Aroma ketidakberesan proyek ini hakikatnya bisa di cium dari awal, ketika proses lelang tidak dilakukan secara transparan. Mulai dari pemberitaan prosedur lelang hingga pemenang pro